Angin
malam ini bertiup kencang, masuk melalui celah-celah ventilasi, membuat
tirai kamarku bergoyang seolah berontak. Aku menggigil.
“Fuuh, malam ini dingin sekali”
Ku
berjalan ke arah jendela, hendak memeriksa apakah sudah tertutup dengan
benar. Bulan pun seolah tidak suka akan cuaca malam ini, ia lebih
memilih menyelimuti dirinya dengan awan kelabu.
Ku
alihkan pandanganku ke arah teras rumah. Embun yang menempel di kaca
jendela membuatku tidak dapat melihat dengan jelas apa yang ada di luar
sana, namun tidak menggoyahkan keyakinanku akan apa yang aku lihat. Dengan sedikit keberanian, ku buka jendela kamarku.
“Hallo, siapa disana?”
Sunyi.
“Aneh, aku yakin tadi aku melihat sesuatu” ujarku pada diriku sendiri.
Angin
yang menerpa wajahku seakan menipiskan keberanianku. Aku urung untuk
melihat lebih lama ke luar, namun tepat saat ku ingin menutup jendela…
TES !!
Aku menoleh, dan. . .
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….!!!!
***
Kukuruyuuuuuukkk. . . . . .
Seperti
biasa, ayam kebanggaan milik Pak Haji Imam (wuih, udah bapak, haji,
imam pula, gak keberatan gelar tuh?!) berkokok-ria. Menambah ramainya
kompleks Lawong Setu (jangan keingetan ma Lawang Sewu ya …… ich! Di
bilang jangan inget! Dasar bandel!).
“Ly.. Ly.. Sally…!! Kemana sih tuh anak, dipanggilin diem aja!” ujar kak Nadia.
“Paling masih molor” ucap Mama.
Drap drap drap !!
“Ly! Mau tidur ampe kapan sih?!” kak Na membuka pintu kamarku
Namun wajah kak Na berubah ketika melihat sosokku gemetaran di atas tempat tidur. Ia menyibak selimutku
“Ly, kamu kenapa? Sakit?” wajahnya semakin khawatir ketika melihat kantung hitam di bawah mataku, akibat semalaman tidak tidur.
“Kenapa sih? Ngomong donk! Jangan bikin kak Na takut!”
“Mati..” ucapku gemetaran
“Apa?!”
“Ada orang mati di teras rumah kita..!”
Apa kalian bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya?
JDUAK!!
Kepalaku di jitak oleh kak Na
“Aduuuuhhh… kak Na apaan sih?! Sakit nih!!”
“Makanya bangun, jangan molor melulu”
“Kak Na gak percaya? Masih kurang nih bukti mata Sally ampe item begini?!!”
“Bau apaan sih? Nyium gak?” omonganku tak di gubris kak Na.
“Kak Na!!”
“Icchh… Joroookk… Sally ngompooll..!!”
“Kak Na jangan mengalihkan pembicaran deh!!” ujarku kesal
“Ya ampyun, Sally! Makanya bangun, cuci muka, trus liat sekarang tuh tanggal berapa!”
“Ichh, udah deh kalo kak Na gak percaya!!”
“Sekarang tuh tanggal satu april, Sally!”
???!!!!??!!!
***
Satu
hari berlalu dengan amat kacau. Tadi pagi kasurku basah (meskipun aku
yakin aku tidak ngompol, tapi yang tidur di situ hanya aku, jadi aku tak
punya alibi untuk membuktikan bahwa bukan aku yang ngompol) dan entah
bagaimana caranya, berita itu tersebar luas hingga satu sekolah.
Sesampainya
di sekolah, aku tersiram air got dari ember yang sudah di atur
sedemikian rupa agar dapat membasahiku saat aku membuka pintu kelas.
Karena aku tidak membawa baju ganti dan semua buku pelajaranku basah,
aku dihukum guru untuk meringankan pekerjaan murid-murid yang piket,
dengan cara membersihkan semua kelas hingga kinclong.
Akhirnya
aku baru bisa pulang pada sore hari, saat baru melangkah keluar
sekolah, hujan mengguyurku dengan deras, sehingga aku mendapat oleh-oleh
dari pengalamanku hari ini, ‘Flu’.
Ooh.. Tuhan..
apa salahku?? Aku tahu aku jarang mengamal, sering menganiaya hewan
(abis gemes sie), galak kepada sesama, tanpa sengaja membakar rambut Pak
guru, membuat lab. Kimia hangus sebagian, menghilangkan pensil teman,
merusak tanaman Pak kebun (nama yang aneh), membuang sampah sembarangan,
dst (kalo di sebutin semua, judul cerita ini bisa berubah jadi
‘pengampunan dosa’).
Tapi yang lebih parah lagi, semua kejadian tadi di lihat oleh Elry, yang sebenarnya secara diam-diam aku menyukainya. Hancur sudah segalanya…
***
Well U done done me and U bet I felt it
I tried to be chill but U’re so hot that I melted
I felt right through the cracks
And now I’m trying to get back…
I won’t hesitate no more, no more
It can not wait, I’m sure
There’s no need to complicated
Our time is short
This is our fate, I’m yours…
Lagu I’m Yours, Jason Mraz yang ku pasang sebagai nada dering hp ku berbunyi, menandakan satu pesan diterima.
U got one message from Elry J.
“Apa?” aku melonjak kaget, segera ku buka pesan tersebut,
“Hey, udh bkin tgas animasi?”
Dasar
orang pintar, kerjaannya belajar melulu, batinku yang sebenarnya tidak
begitu peduli akan isi sms itu tapi akan niatnya untuk meng-sms ku.
“Lom, mank da tgs?”
Message sent to Elry J.
Tak lama kemudian hp ku kembali berdering,
“Mank ga taw?”
“Ly g tw, cz td g skul, tgs’a apaan c?”
“Ga skul? Knp?”
“Kya’a Ly skt gr2 kmren bsh kyub…L “
Setelah beberapa menit lamanya hp ku tidak juga berbunyi, ku putuskan
untuk tidur, dan berharap dapat mimpi indah bersama Elry…
***
Esoknya aku kembali bersekolah seperti biasa, meskipun suaraku masih menyerupai suara kodok, ‘yang ini pilek, yang ini enggak’.
“Hey Ly, gimane ‘april mop’nye? Kok kemaren malah kaga masuk sih?” tanya Aldy dengan wajah innocent.
Tapi aku berlalu begitu saja,
“Hey, Ly tunggu! Loe benar-benar masih marah ya ma kita-kita?” ujar Riez
Pertanyaan bodoh! Pikirku.
“Hey, ayo donk, w minta maaf, namanya juga ‘april mop’, orang barat juga pada ngerayain setiap satu april”
“Ya
tapi itu orang barat, mank kita orang barat?! Kalo loe ngerasa orang
barat, ya udah tinggal aja sana di negeri ‘paman sam’ itu!!” ujarku
kesal.
“Ya kalo kite khan cuman mo lucu-lucuan aje”
“Lucu?! Orang ampe sakit kayak gini ‘lucu’ ya?” aku menunjuk diriku yang masih bindeng and the bandeng.
“Kite juga kaga ngarepin kayak begini kejadiannye”
“Sekarang aja ka…” suaraku tercekat di kerongkongan saat mataku menemukan sosok Elry. Dia berjalan ke arahku,
Bagaimana
ini.. Jantungku berdegup kencang, jika dia menyapaku mungkin jantungku
akan meledak atau bahkan kabur karena malu bertemu dengan jantung Elry
(mank jantung bisa malu ya?) nyatanya Elry melewatiku tanpa menegur
sedikit pun.
Aduuuhhh…
malunya diri ini, padahal semalam aku sempat berpikir bahwa bagaimana
mungkin orang seperti Elry, yang senyum saja susah, tapi mau meng-sms ku
malam-malam, kecuali dia menyukaiku.
Aku
merasa seperti orang bodoh saja, mana mungkin dia menyukaiku, bagaimana
pun Elry punya mata, ia pasti bisa melihat mana cewek cantik dan mana
cewek jelek. Udah tahu kualitas diri, tapi masih ingin mengharap lebih.
“Ly, kenape bengong?” ujar Aldy
“eng.. gak… “ ucapku (masih shock gila)
“Ly,
sorry ya, gw tahu gw tuh keterlaluan, pake naro ember di atas pintu,
bikin sepatu loe jebol sebelah, nuker kaos kaki loe ma si kona (orang
paling ancur, bau, item satu sekolahan), trus bikin loe…”
“Tunggu tunggu… itu semua perbuatan loe loe pada?” kataku kaget.
“Ng… ntu belon semuanye sie, ape lagi ye? Loe nyang nyebutin deh!” ujar Aldy dengan logat betawinye. (eh, keterusan)
“Iya,
sorry udah bikin loe kayak yang ngompol, trus jadi ketakutan gara-gara
orang-orangan sawah yang kita taro di depan humz loe beserta cat
merahnya yang menetes-netes seolah darah (bacanya musti pake ekspresi
nyeringai ye), tapi bukan cuma kita donk yang di salahin, kak Na juga
kan terlibat…”
“Ka..li..an.. “
“Eit sabar Ly, kite kaga bakal ngelakuin nyang kayak begituan lagi dah, suer rewer-rewer!” ujar Aldy sambil bergerak menjauh.
“Sini loe pada, gw jadiin lempeyek Palembang!!” (yang bener ntu mpek-mpek Palembang, mbak.. masa bodo, orang lagi marah-marah!) ujarku sambil mengejar mereka.
***
Kukuruuyuuuukkk. . . . . . .
Lagi-lagi
ntu ayam berkokok ria, suasana pagi ini mendung, sama seperti hatiku…
apanya yang kata orang kalo lagi fall in love ntu bahagia, padahal ini
menyiksa diri tau! Sering kali ku merasa iri pada cewek-cewek di luar
sana yang PD akan dirinya, karena mereka cantik, dan mereka tidak
menahan perasaan seperti ini.
Sedangkan
aku, cantik aja gak gimana mau PD. Daripada nanti ke-PD-an ampe-ampe
orang-orang sirik, lalu mereka ngomong, “Heh, ngaca donk! PD banget
sich?!” mentalku pasti akan sangat ‘down’, lebih baik jadi seperti sekarang saja.
I hung up the phone tonight
Something happened for the first time, deep inside
It was a rush, what a rush
Cause the possibility that u would ever
Feel the same way about me
It’s just to much, just to much
Why do I keep running from the truth
All I ever think about is u
U got me hypnotized, so mesmerized
And I just got to know
Do u ever think when u’re alone
All that we could be
Where this thing could go
Am I crazy or falling in love
Is it real or just another ‘crush’
Do u catch a breath when I look at u
Are u holding back
Like the way I do
Cause I’m trying trying to walk away
But I know this ‘crush’ ain’t goin’ away, goin’ away
Has it ever crossed ur mind when we were hanging
Spending time girl, are we just friends
Is there more, is there more
See it’s a chance we’ve gotta take
Cause I believe we can make this into
Something that will last, last forever, forever
Oooohh. . . lagunya David Archuleta yang satu ini cocok sekali dengan apa yang kurasa.. apalagi di pas lyric ‘Cause the possibility that u would ever feel the same way about me’ kayak gw buangeed gitu. Merasa perasaan bertepuk sebelah tangan..
***
“Sally.. Sally.. Sally!!”
“Hah?! Iya saya!!” teriakku spontan.
“No. 3 apa jawabannya?” tanya pak guru.
“Ng… Halaman berapa pak?” tanyaku polos.
“Ck, ck, ck,,, kerjakan no. 5 sampai 15, hal. 24… Di Luar!”
Suara
kelas menjadi riuh karena tawa anak-anak, entah mengapa hal itu membuat
diriku mengantuk, dan tertidur,, dan terbangun saat pak Sunny (guru
matematika) memanggilku dan menyuruhku keluar, hingga sampailah pada
saat ini, dimana aku sedang berjongkok di depan kelas sambil mengerjakan
soal.
Aku
tersenyum, Pak Sunny itu orang yang baik, lucu, bahkan aku sudah
menganggap dia sebagai ayahku, aku sebenarnya tidak pernah mengerti akan
kasih sayang seorang ayah, karena ayah kandungku sering bertengkar
dengan ibu, sehingga keluarga kami pisah di saat umurku 7 tahun. Namun
aku tidak terlalu merasa kehilangan, karena aku mempunyai keluarga yang
sangaaaat baik dan sangaaaat ku banggakan.
Tapi
sejak ku mengenal Pak Sunny, dia selalu menasehatiku saat aku bingung,
memarahiku saat ku salah dan lupa, menghiburku saat ku sedih.. Dia
benar-benar sosok ayah yang ada di sisiku, aku amat menyayanginya
sebagaimana ayah kandungku, meskipun di sisi lain aku merasa hutang budi
kepadanya karena sepertinya atau bahkan pastinya aku banyak
merepotkannya, suatu saat nanti sebelum ku keluar atau lulus dari SMK
ini, ingin rasanya ku membalas budinya.Sebenarnya nama aslinya adalah
Pak Sumardi, cuma karena jidatnya yang sering memantulkan cahaya
matahari, maka kami memanggilnya dengan sebutan Sunny=Cerah.
“Udah selesai belum?” suara Pak Sunny membuyarkan lamunanku.
“Eh bapak… belum pak..”
“Ngelamun wae! Ngelamunin saya ya?!” tuduh Pak Sunny
“Yee… Siapa juga yang ngelamunin bapak, ge-er!” (padahal iya)
“Trus ngelamunin siapa, Elry?” ujar Pak Sunny asal karena kebetulan Elry lewat depan kelasku.
“Ich, bukan!!” aku menoleh ke Elry, tampaknya dia tidak mendengar kami.
Fuuuhh… syukurlah. .
“Ya udah masuk gih, lain kali di kelas tuh jangan tidur!”
“Iya iya..” ucapku.
***
Has it ever crossed ur mind when we were hanging
Spending time boy (di ganti), are we just friends
Is there more, is there more ~ ~
Aku
nyanyi-nyanyi gajebo di kamar… (soalnya kalo di panggung, bisa-bisa
penontonnya langsung panas-dingin, menggigil,bahkan muntah-muntah denger
ku nyanyi). Aku memikirkan kembali tentang perasaanku.. Perasaan ini, sebenarnya mempunyai makna apa ya? Aku
amat tersiksa, jika memikirkan bahwa hanya aku yang merasa begini.
Bahkan andaikan Elry juga menyukaiku, kami tidak akan pantas. Coba
bayangkan pangeran pintar, ganteng, nan cool berdampingan dengan cewek
dekil and the kumel, penyapu jalanan yang kakinya udah kecebur di got
yang item, dan berlumut (yikes).
“Hey dewa ‘cupid’, panah cintamu salah sasaran neyh!” ujarku kesal.
Kenapa harus aku sih yang suka ma dia, gimana mau ngilanginnya coba.. batinku
***
Hari
ini aku berencana ke mall Jambu Dua yang bertempat tidak jauh dari
rumahku, untuk membeli beberapa buku cerita. Ketika keluar rumah, mobil
yang akan mengantarkanku ke sana sudah siap, seperti sedang menunggu
seorang putri (maksudnya aku,, ya iyalah, masa ya iya donk,,, kenapa?!
Gak terima?).
Karena
jalanan macet, aku jadi merasa ‘perjalanan ini sungguh sangat
meletihkan’, (kayak lagunya ebiet.g.ade ya) hingga tiba giliranku untuk
turun.
“Kiri bang..” (ketauan deh naek angkot, tadinya pasti kalian kira aku naik mobil pribadi ya? limosin, atau mercy gitu?)
Sesampainya
di Jambu Dua, aku membeli segala sesuatu yang ku perlukan. (jajanan,
jajanan, dan jajanan) lalu membeli (cemilan, cemilan, dan cemilan) dan
juga (komik, komik, komik). Sampai tiba waktu pulang, tanpa sadar ada
yang menegurku,
“Ly,”
Aku menoleh,
“Al? Tumben.. abis ngapain?” ujarku
“Tadi abis ade perlu, Loe nape di sini?” tanya Aldy.
“Abis beli ini, alah,, ada perlu apa sih loe? Sok orang sibuk aja”
“Eh Sorry dory strawberry, gw pan sejak di lahirin ma emak juga udah jadi orang sibuk sedunia.”
“Oh ya??”
“Tau ah, ya udeh gw bakil dulu ye”
“Iye, ati-ati”
Dasar Al…
Suara
riuh orang-orang samar terdengar di belakangku, mereka kenapa sih? Rame
banget? Suara mereka mengusik lamunanku, aku menoleh… kemudian. . .
TIINN. . . TIIINNN !!!
BRAK !!
***
‘Dasar Sally bodoh… nyebrang gak liat kiri-kanan dulu, jadi gini khan.’
Nguuuiiiinnnggg. . . nnggguuuuuiiiinnnggg. . .
‘Bunyi apaan sih itu? Ambulan ya? Kenapa ada ambulan segala?’
“Ly… Sally..!!”
‘Apaan sih, berisik.. iya tau! Panggilnya sekali aja napa, juga udah denger, tapi ngantuk.. mau melek kok susah banget ya?’
“Sally !! loe gak ape-ape khan?”
“Al?… kenapa… kok… pa.. nik gitu… mu.. ka.. nya…?”
‘Apa sih, kok susah banget mau ngomong ya? Aduh… kepalaku sakit nih… kenapa ya?’
“Ly jangan gerak dulu ye, lukanye parah”
“Lu… ka… ??”
‘Luka? Aku terluka? Tapi.. Aduuhh.. kenapa nich, pandanganku kok jadi kabur ya..? tapi… aku…’
“Bertahan ye Ly,,, Sally?? Sally!! Salllyyy…!!”
***
“Gw balik dulu ya, guys”. Ujar Elry
“Yo”.
Sial, nih walkman butut amat sih, baru beli udah rusak.
Wuuusssshhhh. . .
Brrr… Dingin amat hawanya..
“Eh, Sally..!? Aduh, lemes nih jantung gw, jangan tiba-tiba nongol napa”
Aku tersenyum, namun tak bergeming.
“Kenapa? Kok tumben ada di sini?”
“. . . “
“Kenapa sih? Kok diem aja?”
Aku menarik tangannya, aku tau dia tidak menyukainya, tapi
“Ly, kenapa sih? Dingin amat?”
“El..! Nape loe ngomong ndiri?” teriak Aldy dari belakang.
“Siapa yang ngomong sendiri, gw ngomong ama Sal..ly… lho kemana dia? Jahat banget sih, pergi gak bilang-bilang” ujar El.
“Ame siape?”
“Sally”
“Loe.. kaga salah liat kan?”
“Ya gaklah.. Orang dia juga narik tangan gw”
“El… mungkin Sally kaga pergi tanpa bilang-bilang dah, buktinye dia pamit dulu ma loe” ujar Aldy.
“Pamit? Mank dia mau kemana? Dia mau pindah?”
“Ini.. lebih jauh daripade pindah, coz dia kaga bakal balik-balik lagi”
“Maksud loe apa sih, jangan ngomong yang gak-gak deh, pamali tau gak”
“El.. Sally… dah gak ade.. kemaren… dia pegih… di pelukan gw.. “
“Dy, gw tau loe tukang ngebanyol, tapi hal kayak gini jangan di bikin guyonan donk”
“El,
mana berani sih gw, hidup dan mati seseorang gw jadiiin banyolan, nih
buktinye,” ujar Aldy sembari memperlihatkan hp-ku yang hancur terlindas
ban truk.
“Ma.. mana mungkin sih Dy? Barusan.. gw ketemu dia.. Bahkan dia..”
Cause the possibility that u would ever
Feel the same way about me
It’s just to much, just to much
Do u ever think when u’re alone
All that we could be
Where this thing could go
Am I crazy or falling in love
Is it real or just another ‘crush’
Dari hp-ku mengalun lagu ‘Crush’,
“Liat El, ini lebih kaga mungkin lagi, hp yang udah kaga ade batereinye gini, masih bisa nerime pesen.”
One message for Elry.
“Mazel Tov,
Sally.”
“El, sebenernye, si Sally demen ame loe, cuma dia ngerasa kaga pantes buat loe, gw harap loe bisa nerime kenyataan ni.”
Angin berdesir pelan, seolah mengantarkan kepergian Sally untuk selamanya....
By: lhiyachan.deviantart.com